اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan
dan kualitas ketaqwaan kita, dengan senantiasa mengoptimalkan ketaatan
kita kepada Allah SWT dalam kehidupan dunia yang fana ini.
مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Imam Bukhory menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. memegang pundak Abdullah bin Umar r.a sambil berkata:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara.
Ungkapan pendek Rasulullah ini memberikan pelajaran
yang luas dan mendalam. Sungguh, manusia yang normal, hatinya tidak akan
melekat bergantung kepada sesuatu di negeri yang asing baginya, justru
hatinya akan senantiasa terikat dengan negeri asalnya. Sebagus apapun
hidup terasing di negeri asing, pasti dia akan tetap berpikir bagaimana
kembali kenegeri asalnya, dan memperbaiki kehidupan di negeri yang tidak
asing baginya.
Begitu juga seorang pengembara atau musafir, dia
tidak akan membawa sesuatu yang justru akan membuat dia payah dalam
perjalanannya. Dia tidak akan membangun istana di perjalanannya, yang
kelak akan dia tinggalkan dan tidak akan kembali lagi. Oleh sebab itulah
maka Rasulullah meminta untuk memposisikan hidup didunia seperti orang
asing atau pengembara.
مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Bekal terbaik dalam perjalanan dunia ini adalah
taqwa, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Allah berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al Baqarah : 197)
Alangkah sangat disayangkan dan tidak masuk akal jika
dalam pengembaraan di tempat yang asing dan fana ini justru perbekalan
terbaik dibuang, kemudian ditukar dengan sesuatu dari negeri asing nan
fana ini. Dengan alasan untuk memakmurkan negeri fana ini, taqwa justru
dibuang, aturan Allah disingkirkan, syari’ah-Nya di pinggirkan untuk
kemudian diganti dengan aturan-aturan yang mengatasnamakan rakyat, yang
pada faktanya hanya berpihak pada konglomerat dan semakin menyengsarakan
rakyat.
Sungguh ketika taqwa, bekal terbaik ini, kita tukar
dengan sesuatu di negeri asing yang fana ini, maka penderitaanlah yang
akan kita peroleh, bukan hanya di negeri tujuan yg kekal, namun
penderitaan ini juga terasa di negeri asing nan fana ini.
Seorang musafir yang berakal tidak akan menghabiskan
uangnya untuk membeli koper besar yang penuh dengan barang-barang yg
tidak diperlukan di negeri asalnya. Karena koper besar itu justru akan
membebani dirinya dan cenderung membuat dirinya kelelahan dalam
perjalanan, yang pada gilirannya akan membuat dirinya menderita di
perjalanan dg membawa sesuatu yg tdk berguna di negeri asalnya.
مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Namun banyak yang lupa bahwa dunia sejatinya adalah
sebuah terminal persinggahan untuk menuju terminal terakhir, kehidupan
akhirat yang kekal. Saat ini kita berkelana di atasnya sebagai seorang
pengembara atau musafir menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju
terminal terakhir. Di sanalah kelak orang akan menuai kebahagiaan yang
sejati, sebagaimana juga akan menuai penderitaan yang abadi. Allah
berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا – وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan dunia. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al-A’la [87]: 16-17)
Semoga dengan sisa umur kita di dunia ini, Allah
menjadikan kita sebagai musafir cerdas yang tidak tertipu dengan dunia
dengan menjual bekal terbaik kita yakni taqwa. Semoga Allah memberi
kekuatan kepada kita untuk mengorbankan sebagian kesenangan kesenangan
dunia kita untuk kita jadikan bekal menuju tempat abadi kelak,
meluangkan waktu kita untuk mengkaji aturan-aturan Allah dan berupaya
seoptimal mungkin untuk mengamalkan, menyebarkan dan memperjuangkannya.
Hanya dengan itulah bekal taqwa akan kita peroleh. Bekal yang akan
memudahkan kehidupan diperjalanan dunia, bahkan ketika sampai ke tempat
tujuan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf : 96)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحَْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمَْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ
Khutbah Kedua:
0 komentar:
Posting Komentar